Monday, 22 June 2015

Day 11: Happy Birthday Jakarta!


Ke Jakarta aku kan kembali
Walaupun apa yang kan terjadi..

Itu katanya Koes Plus, kata orang dimana ari-ari kita di tanam/kubur ke daerah itu juga akan kembali, percaya? Saya enggak, mungkin hanya kebetulan. Saya lahir tahun 1982 di Selatan Kota Jakarta, apakah saya akan kembali ke sini? We’ll never know.

Selamat Hari Jadi Jakarta!.. Otak saya langsung menyusun kejadian-kejadian secara acak  di masa kecil .

Cilandak, Tragedi Gudang Peluru milik Marinir TNI tahun 1984
Waktu itu tiba-tiba semua menjadi sibuk, gelap hanya ada cahaya yang tidak beraturan dan bunyi ledakan terdengar dimana-mana, kaca rumah kami pecah berantakan, seperti perang tapi tidak bisa ditebak kemana arah geranat dan peluru menuju. Semua orang mengungsi ke suatu tempat yang seingat saya itu adalah Mesjid terdekat. Kejadian mengerikan itu kadang masih membuat saya takut.  Meskipun saya baru berumur 2 tahun tapi memori itu rasanya tidak akan pernah hilang. Ini juga penyebab ternyata balita memang harus selalu diberikan hal-hal yang baik-baik agar tidak menimbulkan trauma. Tapi kami bersyukur keluarga kami selamat.

Pasar Cipete (Pengasuh Saya Banci)
Pasar Cipete adalah tempat dimana usaha keluarga kami berdiri. Kami tidak pernah memilih dalam bergaul, semua orang punya latar belakang sendiri -sendiri termasuk pengasuh saya. Disaat semua sibuk dengan pekerjaannya masing-masing, saya juga sibuk dengan mainan saya di pasar, tempat favorit saya adalah meja semi permanen yang biasa digunakan untuk menyimpan barang dagangan. Sebut saja namanya susi, adalah pengamen dengan alat musik terbuat dari kayu mirip dengan kotak amal yang diberi tali panjang untuk selempang, namanya bas betot lengkap dengan 3 buah senar karet. Susi selalu menyanyikan saya lagu andalannya “aku tak mau jikalau aku dimadu..” lagu ini juga sebagai lagu andalan saya kalau keluarga minta saya bernyanyi dan mujarab untuk mendiamkan sepupu saya yang sedang nangis. Pada jam-jam tertentu susi selalu datang dan ajak saya bermain di kios, dengan upah yang pantas tentunya...


RS. Cipto Mangunkusumo (Pertama kali naik lift)
Mamah, Papah saudara –saudara semua jalan tergesa-gesa masuk ke dalam ruangan besi di area rumah sakit, tapi kenapa saya merasa pusing jantung seperti geli, dan saya bingung kenapa tempat keluar beda dengan tempat masuk tadi, saya tanya tidak ada yang jawab, ada apa ini? Semua terlihat sedih, Mamah nangis.. setelah selesai di rumah sakit kami semua menuju Komplek Dapur Susu rumah Kakek. Alm. Ramitha Octaria, adik saya selisih 1 tahun, paling cantik, paling pintar di usianya, sampai dengan ajalnya di umur 3 tahun karena Tumor Ganas, dimandikan dibungkus kain putih dan akhirnya kami menuju pemakaman. RIP adikku yang cantik..

Jl. Setia Kawan (Masa Kecil Masa Bahagia)
Senyum-senyum sendiri sambil mengenang masa kecil di setia kawan. Hari itu teteh keliatan keren banget pakai seragam pramuka lengkap, peci, priwitan dan pisau belati. Setiap malam belajar membaca dan menulis. Saya merengek minta sekolah “Mamah, uci mau sekolah..“ Mamah jawab “iya, nanti kalau sudah bisa baca”. Semenjak itu selalu mengikuti dan mengingat pelajaran dasar yang teteh baca “Ini budi, ini ibu budi..’’ wah gampang!! Akhirnya saya lulus ujian.. Eng ing eng si uci masuk sekolah SDN Duri Pulo 04 . Dan, ternyata belum bisa baca hahahaha.. itulah saya ,cerdas! Mamah marah satelah tau ternyata anak nomor 2 ini belum bisa baca, saya disetrap dirumah, tidak boleh main harus belajar, belajar dan belajar... Berhasil! Saya juara kelas berturut-turut but i couldn’t resist my desire to always play with my friends, Anak Bu Guru Agama Iyan, si Manis Atun, Bambang yang rumahnya di Fatahillah 4, Kepala Geng Adit ,sicantik euis, nopi dan novi. Oh iya Rudi si Cina yang baik hati orang tuanya usaha martabak bangka paling enak sejakarta. Ahh senengnya punya banyak teman.. Pasar duri selalu menjadi tempat favorit, pernah suatu hari kami di pasar tiba-tiba dikejar Ibu-ibu Madura penjual ikan basah sambil bawa golok ikan..Lariiii salah seorang teriak, lolos dari kereta api saya tertabrak bajaj, sampai rumah sudah mengerti pasang paha terima cubitan mamah dan biru untuk kesekian kalinya..

Demikian sepenggal kisah kecil saya di Jakarta,

I LOVE YOU JAKARTA

No comments:

Post a Comment