Ke
Jakarta aku kan kembali
Walaupun
apa yang kan terjadi..
Itu katanya Koes Plus, kata orang
dimana ari-ari kita di tanam/kubur ke daerah itu juga akan kembali, percaya?
Saya enggak, mungkin hanya kebetulan. Saya lahir tahun 1982 di Selatan Kota
Jakarta, apakah saya akan kembali ke sini? We’ll never know.
Selamat Hari Jadi Jakarta!.. Otak
saya langsung menyusun kejadian-kejadian secara acak di masa kecil .
Cilandak,
Tragedi Gudang Peluru milik Marinir TNI tahun 1984
Waktu itu tiba-tiba semua menjadi
sibuk, gelap hanya ada cahaya yang tidak beraturan dan bunyi ledakan terdengar
dimana-mana, kaca rumah kami pecah berantakan, seperti perang tapi tidak bisa
ditebak kemana arah geranat dan peluru menuju. Semua orang mengungsi ke suatu
tempat yang seingat saya itu adalah Mesjid terdekat. Kejadian mengerikan itu kadang
masih membuat saya takut. Meskipun saya baru
berumur 2 tahun tapi memori itu rasanya tidak akan pernah hilang. Ini juga
penyebab ternyata balita memang harus selalu diberikan hal-hal yang baik-baik agar
tidak menimbulkan trauma. Tapi kami bersyukur keluarga kami selamat.
Pasar
Cipete (Pengasuh Saya Banci)
Pasar Cipete adalah tempat dimana usaha
keluarga kami berdiri. Kami tidak pernah memilih dalam bergaul, semua orang
punya latar belakang sendiri -sendiri termasuk pengasuh saya. Disaat semua
sibuk dengan pekerjaannya masing-masing, saya juga sibuk dengan mainan saya di
pasar, tempat favorit saya adalah meja semi permanen yang biasa digunakan untuk
menyimpan barang dagangan. Sebut saja namanya susi, adalah pengamen dengan alat
musik terbuat dari kayu mirip dengan kotak amal yang diberi tali panjang untuk selempang,
namanya bas betot lengkap dengan 3 buah senar karet. Susi selalu menyanyikan saya
lagu andalannya “aku tak mau jikalau aku dimadu..” lagu ini juga sebagai lagu
andalan saya kalau keluarga minta saya bernyanyi dan mujarab untuk mendiamkan
sepupu saya yang sedang nangis. Pada jam-jam tertentu susi selalu datang dan
ajak saya bermain di kios, dengan upah yang pantas tentunya...
RS.
Cipto Mangunkusumo (Pertama kali naik lift)
Mamah, Papah saudara –saudara semua jalan
tergesa-gesa masuk ke dalam ruangan besi di area rumah sakit, tapi kenapa saya
merasa pusing jantung seperti geli, dan saya bingung kenapa tempat keluar beda
dengan tempat masuk tadi, saya tanya tidak ada yang jawab, ada apa ini? Semua
terlihat sedih, Mamah nangis.. setelah selesai di rumah sakit kami semua menuju
Komplek Dapur Susu rumah Kakek. Alm. Ramitha Octaria, adik saya selisih 1
tahun, paling cantik, paling pintar di usianya, sampai dengan ajalnya di umur 3
tahun karena Tumor Ganas, dimandikan dibungkus kain putih dan akhirnya kami
menuju pemakaman. RIP adikku yang cantik..
Jl.
Setia Kawan (Masa Kecil Masa Bahagia)
Senyum-senyum sendiri sambil
mengenang masa kecil di setia kawan. Hari itu teteh keliatan keren banget pakai
seragam pramuka lengkap, peci, priwitan dan pisau belati. Setiap malam belajar
membaca dan menulis. Saya merengek minta sekolah “Mamah, uci mau sekolah..“
Mamah jawab “iya, nanti kalau sudah bisa baca”. Semenjak itu selalu mengikuti
dan mengingat pelajaran dasar yang teteh baca “Ini budi, ini ibu budi..’’ wah
gampang!! Akhirnya saya lulus ujian.. Eng ing eng si uci masuk sekolah SDN Duri
Pulo 04 . Dan, ternyata belum bisa baca hahahaha.. itulah saya ,cerdas! Mamah
marah satelah tau ternyata anak nomor 2 ini belum bisa baca, saya disetrap
dirumah, tidak boleh main harus belajar, belajar dan belajar... Berhasil! Saya juara
kelas berturut-turut but i couldn’t resist my desire to always play with my
friends, Anak Bu Guru Agama Iyan, si Manis Atun, Bambang yang rumahnya di
Fatahillah 4, Kepala Geng Adit ,sicantik euis, nopi dan novi. Oh iya Rudi si Cina
yang baik hati orang tuanya usaha martabak bangka paling enak sejakarta. Ahh senengnya
punya banyak teman.. Pasar duri selalu menjadi tempat favorit, pernah suatu
hari kami di pasar tiba-tiba dikejar Ibu-ibu Madura penjual ikan basah sambil
bawa golok ikan..Lariiii salah seorang teriak, lolos dari kereta api saya
tertabrak bajaj, sampai rumah sudah mengerti pasang paha terima cubitan mamah
dan biru untuk kesekian kalinya..
Demikian sepenggal kisah kecil saya
di Jakarta,
I LOVE YOU JAKARTA
No comments:
Post a Comment